Akan Ada Masanya

Akan Ada Masanya

Akan ada masa di mana kau merasa lelah fisik dan mental.

Akan ada masanya kau merasa semua tidak pernah berjalan seperti yang kau harapkan.

Akan ada masanya semua kesulitan tak bisa dihilangkan.

Masa di mana kau butuh kehangatan keluarga, tapi yang ada mereka hanya melihat rupa dan harga.

Masa di mana kau butuh kekuatan, tapi semua orang berpikir semua itu akibat kesalahan dan kelalaian.

Akan ada masanya. Ketika tembok gagah yang kau bangun dengan megah, seketika luluh lantah.

Bendungan yang kau keruk dalam, tak mampu lagi menahan air yang kau pendam.

Semuanya begitu gelap. Masa depan? Omong kosong. Hari esok saja seperti bayang-bayang.

Semuanya terasa sesak. Bahkan napas tak lagi kuat memberontak.

Kau berkata “ini bukan salahku. Mereka yang salah memulai, aku pula yang harus menanggungnya”.

Mereka berkata “Dasar sial! Kau hadir di dunia ini tak pernah ada rancangannya”.

Tak ada lagi yang kau percaya. Tak ada lagi tempat bercerita.

Sulitmu hanya milikmu. Tapi wajah tak boleh pancarkan sendu.

Katamu, kau mencari bahu untuk bersandar. Padahal semua sibuk menghindar.

Bagimu, beberapa adalah harapan. Padahal, mereka sedang mencari cara untuk pergi tanpa pesan.

Semuanya kelabu. Semuanya membisu. Padahal kau inginkan rayu dan alunan merdu.

Kau berpikir. Kapan ini kan berakhir.

Tunggu tebang layu atau meringkuk di titik beku?

Climb Higher.

Climb Higher.

Hi, are you okay?

Yes you, the girl who always encourage others but forget about yourself.

Hi, are you okay?

You, the one who knows that everything doesn’t have to be perfect but insists yourself to do it.

Hi, are okay?

You said that it’s okay to cry but you are the one who hold the tears. Fight them back and hurt your own.

Hi, are you okay?

You always say that everybody needs someone. But you close you heart so tightly.

I know you’re not okay. I know you burn out with this situation. I know you won’t to go to any higher place. You tired already.

I know. You just need some times before go to the path you should be on.

Kematian

Kematian

Sebuah pembuktian jika Tuhan memang ada.

Tak mungkin mememanipulasi, menunda, apalagi meniadakan.

Seperti kelahiran.

Kadang direncanakan dan ditunggu.

Namun kadang tak diharapkan.

Disambut penuh kebahagiaan atau dihindari penuh ketakukan.

Itulah kematian.

Kalimat sederhana yang penuh wibawa.

 

Memang bukan

Memang bukan

Kau tahu yang paling menyedihkan? Merindukan seseorang yang pernah mengisi masa lalumu tetapi dia sudah memiliki masa depan yang berbeda.

Kau tahu yang paling menyakitkan? Ditinggalkan. Sebab itu, aku selalu memilih pergi lebih awal. Tapi ternyata, rasa itu masih bersarang.

Memang aku yang lebih dulu pergi. Tapi, terasa seperti aku yang ditinggalkan sendiri.

Ah, rindu. Betapa kejamnya. Aku baru merasakan kosong itu sekarang. Dulu sewaktu-waktu dia ada untuk kubutuhkan. Lima tahun sudah tidak pernah bertemu. Lima minggu terakhir kau cek kabarku. Lima bulan kau kabarkan istrimu mengandung anakmu.

Senang dan berduka. Senang kau berbahagia. Berduka bahwa kau tak bisa lagi ada untukku selamanya. Itulah mengapa persahabatan antara pria dan perempuan tak boleh ada.

Kau

Kau

Ternyata lebih. Lebih terluka. Aku tak tahu. Tapi seperti ada yang hilang. Terindukan.

Seperti harus melangkah tanpa boleh melihat jalan. Seperti itu rasanya, mencium harum bunga tanpa boleh berkomentar.

Umpan yang tak ditujukan. Hanya seperti lampu jalan. Sekedar menerangkan. Bukan satu atau dua. Tapi setiap bayang yang terhalang.

Aku beranjak. Melihat dari atas sana. Tersenyum. Sebuah lambaian. Lambaian itu tak berlaku untuk satu.

Terlalu mudah jatuh hati pada jiwa yang tulis mengasihi. Memyedihkan. Bahkan ketika sudah diberikan tempat yang sewajarnya. Tanpa bisa berkata. Aku kan selalu ada.

Terluka. Kembali. Hanya sebatas ini. Ungkapan kata kasih yang terganti. Tersirat meski mudah dipahami. Hanya saja, akankah kau mengerti?

Rasa

Rasa

Tak perlu berkirim pesan setiap waktu

yang aku tahu aku tersimpan di hatinya.

tak perlu mengingatkan atau ibadah

yang perlu diingatkan adalah diri sendiri untuk selalu mendoakan.

sederhana namun indah.

ssstt kapan? Tahun berapa ini? Oh, lupa itu sudah usang 7 tahun yang lalu 😄😄 sudahlah tidur siang lebih baik

Pinocchio

Pinocchio

Apa yang lebih menyebalkan dibanding melawan hati nurani?

Dal po, seberapa besar pun keinginan untuk menyudutkan. Pikiran yang dingin membuat alur cerita jadi lebih indah. Bukankah ia berhak untuk marah dan menjatuhkan?

Aaah betapa kedewasaan itu kunci dari perdamaian. Rifki sensei bilang. Ki. Kita tidak bergerak jika lawan tidak menyerang.  Harmonisasikan.  Maka kita bisa melihat kemana arah yang sebenarnya. Siang ini.

perasaan yang sama. Masih kesedihan yang sama. Masih airmata yang sama.  Mungkin karena  satu hal yang belum tersampaikan.  Dae gu, rasa sakit dan kemarahan . Tidak membakar. Justru diam dan menemukan persahabatan.

Siang hari. AD 10 . Juanda. Depok

Efek hotel king

Efek hotel king

Ketika yang kaurindukan bukanlah dicintai. Tapi diizinkan mencintai dan memberikan yang terbaik. Aah, hidup tidak lebih dari sekedar dogeng. Yang indah dan penuh harapan. Kapan sampai? Mungkin suatu saat. Jika memang semuanya sudah dirapihkan. Dibenarkan. Dan dikebalikan pada keadaan yang lebih baik meski tak sempurna.

Apa yang paling membahagiakan?

Menjadi sandaran disaat lelahnya. Menjadi obat disaat sakitnya. Menjadi tangan di saat jatuhnya.

Apa yang kau inginkan?

melihatnya tersenyum dan mengatakan “terima kasih selalu ada”.

tidak mengatakan yang sesungguhnya bukan berarti bohong katanya. Mungkin..

Unsolved anagram

Unsolved anagram

Padanan kata yang misterius. Aku pikir anagram. Kuputar kiri kanan. Semakin tak bermakna.
Ah, sudahlah. Aku mulai putus asa. Mungkin aku salah mengartikannya. Sesuatu yang indah yang belum tentu benar adanya.
Imaji. Imaji. Layaknya spongebob yang begitu bahagia menamukan pelangi. Imaji.
Lagi lagi. Sssstttt ayo berlari hindari api. Daripada semakin besar nanti dan kau terbakar sendiri.

Sebelum malam terpejam

Sebelum malam terpejam

Yang kemungkinan besar terjadi. Berjalan terseok namun diam tak berpendar. Lantas, seperti apa? Layaknya lili yang jatuh hati pada rembulan, yang kemudian meringkuk dari sinar aldebaran.

wah wah waah. Mungkin kau terlalu runyam dalam menyulam. Iya ruam-ruam datang dan tak kunjung hilang. Lalu, aku harus apa? Tak beranjak? Maju? Atau menunggu waktu hingga luka semakin kupahat berjenjang.

Seperti syair basejam. Aku bukan pujangga yang pandai merangkai kata. Tapi hati tak berdusta. Aku mencintai seni dan struktur dalam satu wajah yang sama. Pada bingkai yang coba menempatkan keduanya dalam dimensi serupa.

aiih aiih.. Mau apalagi. Padahal semua sudah jelas tak mungkin terjadi. Mengisi ruang kosong? Sebegitu pentingkah? Aah terlalu egois. Langit mulai berdendang. Malam sebentar lagi terpejam. Tapi otakku masih saja memetakan. Di sana? Di sini? Ehm mungkin sedikit ke ehm.. Barat.